Berawal dari pertemuanku denganmu di hari itu dimana banyak sekali tugas yang harus kuselesaikan, entah itu individualis ataupun berkelompok. . Laki – laki bertubuh besar, berkulit sawo matang, memiliki jenggot, tidak terlalu tinggi, yang jelas, kesan pertama saat pertama kali aku melihatnya adalah  takut. Namanya Muhammad Adham Fannie, orang – orang biasa memanggilnya fannie. Dia adalah kakak sepupu dari temanku Alfin. Ya, karena tugas Geografi inilah kami ditakdirkan untuk bertemu.
Namaku Annisa  Najwa Hadma Hawaliyah, orang – orang biasa memanggilku Najwa atau banyak yang memanggilku dengan sebutan mama. Aku adalah pelajar  di salah satu Sekolah  Menengah Atas Negeri 1 Sewon (SMASE). Umurku masih 15 tahun, ya memang masih kecil memang tetapi kebanyakan orang menilaiku sebagai wanita yang punya daya berfikir cukup dewasa,  sedikit pemberani, ramah, penyayang, agak pelit dan juga keibuan. Yah, terserah mereka menilaiku bagaimana, yang terpenting aku tetap enjoy menjadi diriku sendiri.
Tak terasa tugas geografi ini sudah terlarut lama tidak kami sentuh hingga kami hampir lupa dengan tugas membuat mading ini. Kelompok yang  terdiri dari aku, Ika, Yesi, Lindra, dan Alfin ini memutuskan untuk menyelesaikan tugas ini di rumahku rabu malam.
Handphone ku berdering, “ Ma, kita udah on the way.  Jemput kita di SMP ya. “ ucap yesi via SMS. Aku tak sempat menjawabnya karna aku sibuk mencari kendaraan untuk menjemput mereka karena aku memang sedang sendiran di rumah, tak ada kendaraan satupun.  Keajaiban datang, tiba – tiba tetanggaku datang dengan sepeda ontelnya. Aku tak tau apa urusannya dia datang ke rumahku, yang kupikirkan adalah sepeda yang ia bawa. Kusuruh dia menunggu di rumahku sendirian sambil aku menjemput mereka di SMP dekat rumahku. Aku menggunakan sandal kodok berwarna pink yang ukurannya cukup besar, sepeda ontel, kaos oblong  warna putih tulang, dan kuikat rapi rambutku ke atas. Entah bidadari mana yang merasuki diriku pada malam itu, tapi memang aku berasa sangat PD,   aku merasa paling cantik disana. Yah, memang bisa dibilang aku sangat mempesona pada malam itu. Wajahku yang memang  hampir mirip dengan orang india sempat menarik perhatian mereka.
“ Eh, mama berkilau banget si malam ini.” ucap yesi mengejek.
“Hehehe, udah biasa lagi. Sudahlah, ayo cepetan, keburu malem loh ! “ ajakku.
Sebelum menuju ke rumah ku,  aku sempat mampir di toko alat tulis untuk menge-print data. Setelah itu, kita meuju ke rumahku yang berada di tengah sawah, benar – benar di tengah sawah. Sesampainya di rumah, aku baru bisa melihat wajah Mas Fannie dengan jelas. Takut, yah itu kesan pertam  yang kurasakan. Apalagi saat itu, dia adalah seorang perokok aktif. Yah, malam itu rumahku memang penuh dengan asap rokok karena Alfin, Mas Fannie dan Lindra memang perokok aktif. Yah walaupun  ayahku adalah seorang perokok aktif, aku sangat tidak suka dengan seorang perokok. Kita memulai pekerjaan berat kami, hingga di pertengahan, “ Hey , ati ati tanganmu nanti kena lem lho wa!”, kata pertama yang dia ucapkan padaku, sangat perhatian, mengejutkan, mengagetkan, dan menakutkan. Jantungku berdegup kencang, sangat kencang. Entah kareana takut atau apa, yang jelas jantungku berdegup sangat kencang. Aku nmembalas teguran itu dengan secarik senyuman dan dia juga membalasnya. Huh, rasanya benar – benar darah mengumpul menjadi satu di otak dan tak mau turun. Kami teruskan pekerjaan kami hingga waktu menunjukan pukul  21.45 WIB. Karena membawa seorang wanita yakni yesi, aku menyuruh mereka untuk segera pulang. Sesaat  sebelum mereka pergi, kulihat senyuman itu lagi. Rasanya melayang, seperti menampar wajahku dengan sedikit lembut.
Keesokan harinya Alfin mengatakan sesuatu padaku ,
“ Ma, cariin mas fannie tuh. Mas fannie suka loh ma sama kamu, katanya kamu mirip orang india, kamu juga baik. “
Sontak aku terdiam, tak tahu harus menjawab apa, mataku terbelalak, aku jadi sedikit salah tingkah. Kujawab dengan cengengesan,
“ Alah, bohong alfin jangan gitu deh ya”
“ Ya ampun, aku gak bohong ma, beneran dia bilang kayak gitu, liat aja entar malem ma. “ jawab Alfin.
Hatiku semakin tak karuan, entah kenapa terselip perasaan senang di hatiku meskipun dominan perasaan takut. Yah, aku berusaha positive thinking disini walaupun di otak ku sudah ada prasangka yang tidak – tidak. Akhirnya hari sudah malam, tiba waktiunya mereka datang ker rumahku lagi. Sebelumnya aku sempat berdoa semoga bmas fannie ada halangan sehingga dia tidak bisa datang. Ternyata doaku kurang manjur, dia datng bersama alfin, yesi dan lindra dengan style yang lumayan kece. Entah apa tujuannya dia berpakaian seperti itu, tapi yang jelas, aku justru semakin takut. Saat kami mengerjakan tugas, kurasakan setiap gerak gerik yang  dia lakukan. Tidak mencurigakan memang, tapi tetap saja hatiku dibuatnya berdegup kencang.
Jujur, pada saat itu, aku menyukai teman sekelasku, sebut saja namanya Arman.  Aku juga tak tau kenapa aku menyukainya. Sebenarnya tak ad yang menarik tentang ceritaku dengan si Arman tapi entah kenapa aku bisa menyukainya. Yah, hanya sekedar menyukai  biasa.
Singkat cerita, semua berlalu dengan sendirinya. Mas fannie perlahan – lahan mendekatiku,  dan aku juga masih menyukai Arman. Tapi semua itu seakan akan berubah saat munculnya sahabat dekat mas fannie bernama Farhan. Cerita ini berawal ketika aku dan teman sekelasku mengadakan hang-out bersama di Gunungkidul. Karena kepepet tidak ada boncengan lagi, aku terpaksa  menerima tawaran Farhan untuk  satu motor dengannya . bersungut – sungutlah hatiku, tidak ada satupun temanku yang mau mengalah. Menyebalkan memang, tapi mau bagaimana lagi ? ya sudahlah, aku lebih baik mengalah. Saat perjalanan pulang, udara begitu dingin dan aku tidak membawa jaket. Disinilah kejadian yang memalukan itu terjadi, farhan menawarkanku untuk tanganku masuk ke dalam kantung jaket kulitnya, dan akupun menerimanya. Aneh memang, tapi juga karena  terlalu dingin hingga aku meng-iyakan tawarannya.
Setelah kejadian itu, Farhan mulai menyukaiku. Entah apa yang harus aku lakukan, aku menyukai Arman, Fannie dan Farhan, kedua sahabat itu sama – sama menyukaiku. Hatiku serasa diombang-ambingkan. Aku benar – benar tak bisa memilih. Setiap hari kuteteskan air mataku, menangis tangisan kebimbangan. Setiap tets air mata ini hanyalah terbuang sia – sia, percuma, tidak berguna dan aku tau itu semua. Tapi sungguh aku tidak bisa menahan semua ini. Gejolak perasaan batin yang menusuk hati. aku ingin memilih, tapi rasanya tidak adil jika aku hanya menuruti keegoisanku saja. Dan apabila aku utidak memilih, mereka pasti akan menyalahkanku padahal mereka tidak tahu bahwa lebih sakit aku yang memilih daripada mereka yang menentukan. Ku pasarahkan semua kepadamu Ya Allah.
Benar, kekuatan do’a yang diridhoi Allah memang tiada banding. Semenjak itu, Arman berani berterus terang padaku bahwa dia tak memiliki rasa apa-apa padaku. Farhan pun meninggalkanku perlahan.mungkin karena dia ingat bahwa sahabatnya menyuklaiku lebih dulu.  Hanya tinggal mas Fannie yang masih bertahan. Tetapi sayang, saat aku ingin mengucapakan kata  maaf, dia sudah hilang entah kemana. Rasa kehilangan yang teramat dalam, rasa sakit, rasa bersalah selalu menghantuiku di hari – hari kelam itu. Selama 3 hari, aku hanya diam, termenung dan tidak bersemangat melakukan apapun. Apakah aku menyayanginya? Hingga dia tak adapun aku mersa kehilangan ? apakah iya seperti itu adanya? Tidak, tidak mungkin, aku takut dengannya, aku tidak menyayanginya. Tapi hati ini memang tidak bisa berbohong. Perasaanku juga sama, hingga pada hari kelima, batinku mengatakan “ayolah, katakana padanya apa yang kau rasakan sekarang, ayo katakana
!”. yah, tentu saja aku menuruti batinku. Kukirim dia pesan yang berisi
“mas fani, maafkan aku atas kebodohanku selama ini. Dan satu yang ingin ku katakan, I wish you were here right now!” . entah berapa tissue Yang aku habiskan, air mata ini menetes semakin deras tak terbendung.
Tak lama kemudian, handphone ku berdering. Ternyata pesan dari mas fannie yang berisi
“aku juga, maafkan aku menghilang terlalu lama. Aku tak bermaksud membuatmu menangis, hanya saja keadaan yang mamaksaku begini “.
 Sontak aku termenung, tumpahlah air mata  membanjiri pipi dengan derasnya, bahkan sangat deras. Ternyata inilah kesetiaan yang kubalas dengan ketidak pedulian. Jahat, sangat jahatlah aku. Sekarang aku sadar dan bisa memutuskan bahwa mas fannie lah pilihanku. Hingga  pada tanggal 05 januari 2013, kami memutuskan untuk merangkai  kisah bersama. Kita membangun komitmen agar tidak saling menyakiti.
Bersama mas fani, aku mengerti apa itu kehidupan. Tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat nanti. Mas fani mengajariku tentang banyak hal. Apa itu adab, sopan santun dan banyak lagi yanag lainnya. Kita juga mempunyai tujuan yang tinggi, kita akan bersama sama selalu dalam menghadapi segala hal. kita berani mengutarakan, kita berani berjanji karena satu alas an, yakni keyakinan dan niat dari diri kita masing- masing.
Kami lalui bulan januari, februari, maret, april, mei, juni, juli, agustus, September dan oktober bersama sama. Kita melaluinya dengan senang hati, ya walaupun terkadang di tengah perjalanan kami banyak sekali batu yang menghalangi kami untuk tetap terus berjalan. Hingga pada pertengahan bulan oktober, batu yang sangat besar dan sangat keras itu menghadang perjalanan kami. Yah, masalah yang sangat besar sedang menguji hubungan kami. Batu itu adalah restu dari ibunda mas fannie. Rasanya hati ini hancur lebur, benar- benar hancur. Tak bisa aku mengutarakan itu lewat kata – kata, bahkan air matakupun sudah tak mampu lagi untuk memberitahukannya. Sebenarnya apa yang terjadi ? apa salah yang telah aku perbuat hingga aku harus dihadapi masalah sebesar ini. Hati ini sudah tak kuasa menampung beban ini lagi, benar – benar sudah tak kuat. Aku ingin berteriak sekencang – kencangnya, aku ingin mereka tau betapa hancurnya hati iniseiring dengan komitmen yang hancur lebur benar – benar lebur. Aku lemah, aku wanita, aku juga masih kecil, apakah aku masih bisa kuat menghadapi ini? Kenapa dunia begitu kejam? Kenapa ? kenapa selama 10 bulan yang lalu ibunda mas fani tak segera angkat bicara? Kenapa? Saat aku sudah jatuh terlampau dalam, sungguh aku tak bisa untuk keluar, tak bisa ! kemungkinan sangat kecil aku bisa menghancurkan batu itu, sangatlah kecil. Seharusnya merka tau bagaimana perasaanku. Berat, sangatlah berat. Komitmenku telah hancur !  tujuanku telah hancur ! mimpi – mimpiku telah hancur! Aku tak bisa berbuat apa – apa. Aku hanya bisa berdo’a pada Allah, semoga batu yang bessar itu hancur dan bongkahan – bongkahan komitmen, tujuan dan mimpi itu menjadi utuh kembali. Aamiin…
Akan selalu kuingat kat – katamu ini,
“Stay in my life, my heart, my whole, my love, my mind and keep stay to stand up with me anything are happened to me or us, keep our love as long as our age, as long as our smile, as long as our happiness. Hold my hand And don’t let it throw away, see always my eyes and I’m too so we can known everything we want. And that’s a honestly love. J  “
Dan aku berharap, semoga kata – kataku ini selalu ada di hatimu
“ I will always love yo uand only you as long I life ‘till death do us apart you wouldn’t be replace.”
Jangan berhenti berdo’a pada Allah, sudah pasti Allah mendengar dan mengetahui setiap kata yang kita katakana. Semoga Allah mengijabahkan do’a do’a kita. Aamiin…
Kini kita berjalan sendiri – sendiri melalui jalan yang bercabang.tetapi ada sedikit kekuatan dan keyakinan yang aku rasakan jika suatu saat nanti, aku dan mas fannie akan berjaln di jalan yang lurus kembali.
  Akankah aku dan mas fannie  bisa bertemu pada jalan lurus kembali dan untuk selamanya? Aku akan kembali untuk menyelesaikan cerita ini suatu saat nanti jika Allah masih memberiku umur yang panjang. Aamiin…




THANKS FOR READ                                                          JOGJAKARTA, 05 November 2013 J

0 komentar:

Posting Komentar